Rabu, 07 Mei 2008 di 22.40 |  
Gambaran Klinis
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala ? gejala berikut : nyeri kepala, , nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.
Kriteria Untuk Diagnosa Laboratorium
Satu atau lebih dari hal-hal berikut :
Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpadangan.
Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun didalam spesimen serum dengan uji ELISA
Dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serebro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction ( PCR).

Klarifikasi Kasus
Dicurigai sebagai kasus : Yaitu kasus yang jelas dengan melihat gejala klinisnya.
Kemungkinan sebagai Kaus : ialah kasus yang menunjukkan gejala klinis dan didukung oleh satu atau lebih dari ;
Uji serologi berupa munculnya titer anti bodi dengan hemaglutinasi ? inhibisi 1280 atau lebih yang sebanding dengan titer positif IgG dengan uji ELISA, ataupun titer positif zat anti bodi IgM pada fase akhir yang akut pada fase konvalesens.
Munculnya kasus DD lain dilokasi dan waktu yang sama
Kasus yang Pasti : ialah kasus yang secara klinis benar, serta didukung pula kebenarannya secara laboratoris.
Kriteria Untuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kasus tersangka ataupun kasus yang pasti dari dengue dengan kecenderungan perdarahan disertai adanya satu atau lebih dari hal ? hal berikut :

Tes Tourniquet yang positif.
Adanya perdarahan dalam bentuk petekiae, ekimosis atau purpura.
Perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna gastrrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya.
Hematemesis atau melena
Dan trombositopenia ( < 100.000 per mm3)
Dan perembesan plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permiabilitas dinding pembuluh darah, yang ditandai dengan munculya satu atau lebih dari :
Kenaikan nilai 20 % (hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin)
Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan.
Tanda ? tanda perembesan plasma ( yaitu, efusi pleura, asites, hipoproteinaemia

2. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Mencakup semua kriteria DBD diatas ditambah lagi dengan munculnya gangguan sirkulasi darah dengan tanda-tanda denyut nadi menjadi lemah dan cepat, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau hipotesi berdasar umur, kedinginan, keringat dingin dan gelisah.

Dokter Ahli Anak: Menyesatkan, Jambu Biji Obat Demam Berdarah

Mataram- Rol --Ketua SMF Anak Rumah Sakit Umum (RSU) Mataram, Dr dr Hananto Wiryo SpA mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan pendapat bahwa buah jambu biji merupakan obat ampuh untuk menyembuhkan penyakit demam berdarah.
"Anjuran memakan buah jambu biji sebagai obat demam berdarah sangat menyesatkan masyarakat, karena obat untuk demam berdarah belum ada, dan penyembuhannya sangat tergantung kepada kecepatan perawatan," katanya di Mataram, Rabu.
Kepada masyarakat diingatkan agar setiap anggota keluarganya mengalami gejala panas tinggi yang tidak turun-turun untuk segera diperiksakan ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk mengetahui secara pasti penyakit tersebut. "Ini dimaksudkan agar penanganannya dapat dilakukan secara tepat dan cepat, jangan sampai terlambat, karena akibat keterlambatan akan sangat fatal bagi jiwa pasien," katanya. Virus demam berdarah yang disebarkan oleh nyamuk 'Aedes Aegypti' tersebut tidak bisa disembuhkan dengan hanya memakan buah jambu biji.
"Anjuran orang agar mereka yang terkena demam berdarah memakan jambu biji sebagai obat penyembuh sangat menyesatkan. Bisa saja orang itu justru tambah menderita sakit dan mempercepat kematiannya," ujarnya.
Hananto menyatakan anjuran tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan dan menyesatkan masyarakat, karena hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang membenarkan bahwa buah jambu biji sebagai obat penyembuh demam berdarah. Virus demam berdarah yang ditularkan nyamuk 'Aedes Aegypti' menyerang sel darah merah dalam tubuh, sehingga penyembuhannya hanya menambah sel darah merah yang berkurang di samping perawatan lainnya.
Hingga saat ini belum ada obat untuk mematikan 'virus dengue' yang menyebabkan penyakit demam berdarah tersebut. Untuk penyembuhannya sangat tergantung pada kecepatan penderita dibawa ke rumah sakit serta ketepatan pihak rumah sakit menolong pasien. "Tidak ada jaminan dengan dibawa ke rumah sakit pasien tersebut sembuh, karena kalau pasiennya sudah parah, artinya terlambat dibawa, maka pihak rumah sakit tidak bisa berbuat banyak," ujarnya.ant/mim

Presiden Megawati Kunjungi Penderita Demam Berdarah

KUNJUNGAN PRESIDEN: Presiden Megawati Soekarnoputri saat mengunjungi seorang anak penderita demam berdarah di RS Persabahatan, Rawamangun, Jakarta. Sedikitnya 300 orang meninggal dan ribuan lainnya dirawat di rumah sakit akibat wabah demam berdarah.
Presiden Megawati Soekarnoputri, Senin, mengunjungi penderita wabah demam berdarah di Rumah Sakit Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur. Presiden Megawati menganjurkan masyarakat untuk lebih sering membersihkan dan menguras tempat-tempat penampungan air guna menghindarkan meluasnya penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Kalau bisa ibu-ibu lebih sering menguras bak-bak penampungan air," kata Megawati ketika berdialog dengan keluarga penderita DBD di RS Persahabatan, Jaktim, Senin. Megawati yang didampingi suaminya Taufik Kiemas serta Menkes Achmad Sujudi, Senin pagi menjenguk puluhan penderita DBD yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
Dirut RS Persahaatan Hardi Yusa melaporkan bahwa sampai saat ini rumah sakit tersebut telah merawat 88 anak penderita, serta 106 dewasa sehingga jumlah adalah 194 orang. Dari jumlah tersebut dua di antaranya meninggal yaitu seorang anak dan satu dewasa.
Dalam kunjungan sektiar dua jam tersebut Megawati melihat puluhan anak terpaksa berbaring di tempat-tempat tidur lipat karena terbatasnya ruang rawat inap bagi para penderita. Ketika berdialog dengan seorang anak lelaki yang masih duduk di Sekolah Dasar, Megawati berkata, "Lebih baik kamu sekarang kegerahan daripada digigit nyamuk lagi." Ucapan spontan itu dilontarkan Megawati karena ruang perawatan itu terasa panas akibat terlalu banyaknya pasien.
Sampai sekarang kasus DBD di tanah air telah mencapai 19.031 kasus, dan 336 di antara para korban itu telah meninggal dunia. Menurun
Jumlah korban meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia telah menurun dari 2.0 persen pada pertengahan Februari 2004 menjadi 1,8 persen pada akhir Februari 2004, kata Menkes Achmad Sujudi.
"Penurunan kematian DBD karena para korban cepat dibawa ke rumah sakit (RS) dan adanya peningkatan kegiatan masyarakat membersihkan sarang nyamuk (PSN)," katanya.
Seusai melantik 15 pejabat eselon II di lingkungan Depkes, Menkes mengatakan, data jumah DBD (19/2) sekitar 9.000 orang, meninggal 188 orang atau kematiannya dua persen, sedang data (27/2) jumlahnya 17.289 orang, meninggal 312 orang atua kematiannya 1,8 persen.
Menkes mengingatkan masyarakat, agar segera membawa ke RS jika ada keluarganya menderita gejala DBD, seperti demam terus menerus, sakit ulu hati, otot, sakit kepala. "Jika penderita sampai syok, pingsan dan mengeluarkan pendarahan, maka tim medis RS akan mengalami kesulitan untuk menolong," katanya. Menkes menyatakan, saat ini masih ada tiga provinsi yang jumlah penderita DBD masih tinggi atau naik dibanding selama Januari 2004 yakni DKI, Bali, dan NTB.
"Depkes minta Pemda DKI, Bali, dan NTB untuk meningkatkan pertolongan penderita DBD dan menggalakkan warganya pada kegiatan PSN, " katanya.
Sementara itu, jumlah penderita DBD 1 Januari-29 Februari 2004 di 25 provinsi mencapai 17.707 orang, 322 orang diantaranya meninggal, sedang penderita DBD di DKI sebanyak 6.431 orang, 58 diantaranya meninggal.
Menkes menegaskan, Depkes telah mengalokasikan dana Rp50 miliar untuk penanggulangan KLB DBD di seluruh Indonesia, sehingga tidak dibenarkan jika RS menolak pasien DBD dari kalangan miskin.
"Seluruh RS khususnya milik pemerintah harus menerima pasien DBD dari kalangan miskin karena total biaya pengobatan diganti pemerintah," katanya.Pejabat eselon II Depkes yang dilantik, antara lain Suprijadi, SKM (Kepala Biro Umum dan Humas), dr Gunawan Setiadi, MPH (Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran) dan Bambang Hartono, SKM, MSc (Kepala Pusat Promosi Kesehatan). (Ant/O-1),Kompas.com.

Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa Mengatasi DBD
Konferensi pers BPOM beserta Fakultas Kedokteran Unair. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan itu juga meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini. Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu biji dikonsumsi.
Menurut Kepala BPOM dokter Sampurno, sampai saat ini obat demam berdarah memang belum ditemukan. Tak heran bila pola pengobatannya pun hanya bersifat pendukung semata. Sampurno menambahkan, setelah uji lebih lanjut yang dilakukan tim peneliti yang dipimpin Profesor Doktor Sugeng Sugiarto itu, diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat dijadikan obat antivirus dengue berupa suplemen yang dipasarkan ke masyarakat. Di antaranya dalam bentuk kapsul buat orang dewasa dan sirup untuk anak-anak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, sebenarnya di Bangkok, Thailand, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pernah berhasil membuat vaksin Dengue Divalen dan Trivalen, buat mengatasi wabah demam berdarah alias Dengue Hemorrhagic Fever. Namun sampai saat ini, vaksin tersebut belum dipasarkan di Indonesia. Alternatif yang muncul adalah memperbanyak minum air putih untuk mengembalikan homeostatis (kecenderungan menetap dalam keadaan tubiuh normal dalam organisme) cairan tubuh. Solusi lainnya adalah pasien diberi jus bambu biji yang memiliki kandungan vitamin C dan vitamin A yang tinggi. Vitamin C berfungsi dalam meningkatkan kecerdasan sel, sedangkan vitamin A berfungsi menjaga regenerasi sel agar selalu tepat waktu.
Kehadiran dua vitamin ekstra dalam ekstrak jambu biji tadi amat penting. Merujuk pada contoh kasus uji coba, pasien DBD yang menerima kapsul ekstrak jambu biji berdosis 3X2 setiap hari selama lima hari, mendapat pasokan trombosit baru lebih besar dari 100 ribu per ml pada hari terakhir. Itu lantaran asam amino dalam jambu biji mampu membentuk trombopoitin dari serin dan threonin, yang berfungsi dalam proses maturasi megakariosit menjadi trombosit.(BMI/Tim Liputan 6 SCTV)

Depkes: Stok Infus Masih Mencukupi

Kondisi RS Tarakan yang sempat kekurangan cairan infus, kini sudah teratasi lewat persediaan yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Wabah DBD merenggut tiga nyawa di Maluku Utara.
Masalah krisis cairan infus yang sempat melanda sejumlah rumah sakit di Jakarta pada Senin kemarin, akhirnya sudah teratasi. Rumah sakit yang terus menerima lonjakan jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) tersebut kini sudah memiliki cadangan infus buat para pasien. Kondisi itu lantaran stok di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang masih mencukupi. "Infus itu kurang karena pada saat ditanya memang habis. Meski, pada saat bersamaan sudah diminta ke Dinas Kesehatan," kata Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto, di Jakarta, Selasa (9/3) pagi.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah rumah sakit yang merawat pasien DBD mengaku kekurangan stok infus. RS Tarakan di Jakarta Pusat, misalnya. Rumah sakit itu mengaku memerlukan sedikitnya 800 botol cairan infus setiap hari [baca: Rumah Sakit di Jakarta Kekurangan Cairan Infus]. Sementara persediaan yang ada di sana mulai menipis dan hanya cukup untuk dua hari, walau sejak awal Maret sudah menerima 5.700 botol infus dari Dinkes DKI. Rumah sakit ini membutuhkan sedikitnya 5.000 botol cairan infus tambahan.
Dalam kesempatan itu Sri memberi angin segar dalam kasus wabah DBD. Menurut dia, wabah DBD diperkirakan bakal berkurang secara signifikan dalam dua pekan mendatang. "Menurut patronnya, DBD ini ada kecenderungan untuk menurun. Mudah-mudahan dalam waktu dua minggu ini," ujar Sri. Walau begitu, masyarakat dan pihak rumah sakit diminta tetap waspada. Sebab saat ini ada indikasi merebaknya wabah diare, yang juga memerlukan cairan infus untuk penyembuhannya. "Stok ndak boleh kosong, selalu harus ada," cetus dia mengingatkan. Kewaspadaan memang menjadi kunci utama mengatasi penyebaran wabah DBD di negeri ini. Tengok saja kasus serupa yang dilaporkan telah merenggut tiga nyawa di kawasan Ternate, Maluku Utara, baru-baru ini. Menurut data di Rumah Sakit Umum Daerah Ternate dan RS Hasan Busoiri, hingga kini masih ada 19 pasien DBD lainnya yang menjalani perawatan.
Sejauh ini Gubernur Maluku Utara Thayib Armain telah membebaskan biaya perawatan bagi para korban DBD. Pemerintah daerah setempat juga sudah memberantas sarang nyamuk dan melakukan pengasapan secara gratis. Berdasarkan informasi, daerah endemis DBD di Maluku Utara tersebar di 22 kelurahan, di antaranya Kelurahan Dupa-Dupa, Salero, dan Kelurahan Ternate Utara.
Kesiagaan serupa juga dilakukan di wilayah Banjar, Priangan Timur, Jawa Barat. Pemda Kota Banjar dilaporkan menintensifkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan abatesasi dan pengasapan ke rumah-rumah penduduk. Kegiatan itu diutamakan di sejumlah daerah endemis DBD. Hingga pekan ini, sebanyak 22 orang--yang sebagian besar terdiri dari anak-anak--telah dirawat di RSUD Banjar. Menurut data Pemda setempat, DBD di wilayah Priangan Timur telah menewaskan tiga orang, masing-masing di Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar.
Perhatian buat para penderita DBD pun tak berkurang dari waktu ke waktu. Simak saja dalam aksi mendonorkan darah yang diselenggarakan Pundi Amal SCTV (PD SCTV) bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia cabang DKI Jakarta, Selasa siang. Pada kesempatan yang digelar kali kedua ini, PD SCTV telah mengumpulkan 200 kantong darah yang akan diserahkan ke PMI Pusat. Seluruh donor itu disumbangkan oleh karyawan SCTV dan masyarakat di sekitar lingkungan Gedung Grha SCTV Jakarta.
Pada kesempatan pertama, PD SCTV hanya berhasil mengumpulkan sebanyak 150 kantong darah buat disumbang kepada para penderita wabah DBD [baca: Balita di Semarang Meninggal Karena Demam Berdarah]. Maklumlah, kala itu, penyelenggara hanya menyediakan 150 kantong darah, sedangkan pendaftar donor darah lebih dari 250 orang.(BMI/Tim Liputan 6 SCTV)

Para Tenaga Medis di Luar RS Siap Bantu Cegah DBD

Depkes bekerjasama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Perawat Indonesia (PPI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) akan memobilisasi tenaga medis guna membantu perawatan pasien demam berdarah dengue (DBD), kata Menkes Achmad Sujudi. "Tenaga medis dari IDI, PPI dan PMI akan dikirim ke RS yang memiliki banyak penderita DBD mulai Sabtu (6/3)," katanya usai pertemuan tentang penanggulangan DBD dengan pemda provinsi, kab/kota, di Jakarta, Jumat. Menurut Menkes, Depkes akan memberikan honor bagi tenaga medis bantuan dari IDI, PMI, dan PPI agar mereka dapat mempercepat bantuan pemulihan kesehatan pasien DBD di rumah sakit (RS).
"Depkes akan merekrut lulusan perawat yang masih menganggur dan mahasiswa dari akademi perawat untuk menjadi tenaga honorer membantu perawatan korban DBD di RS di berabgai provinsi," katanya. Selain itu, para tenaga medis di luar RS yang akan direkrut Depkes itu juga akan diikutkan dalam penyuluhan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan kebersihan di lingkungan terdekat. Menkes menambahkan, pendirian rumah sakit (RS) lapangan terbuat dari tenda untuk merawat penderita DBD di DKI saat ini belum diperlukan, karena 16 RS milik pemerintah dan 60 RS swasta di ibukota masih mampu menampung penderita.
"Kebijaksanaan yang dilakukan menambah jumlah tempat tidur di tiap RS dan memberikan bantuan tenaga perawat guna merawat penderita DBD," katanya. Menkes menjelaskan, pemerintah memprogramkan penyelesaian kejadian luar biasa (KLB) DBD di seluruh Indonesia dalam tiga bulan mendatang. "Target selama tiga bulan itu jumlah penderita DBD tidak mencapai 35.000 orang dan angka kematiannya tinggal satu persen," katanya.
Sementara itu, jumlah penderita DBD sejak 1 Januari - 5 Maret di 25 provinsi 24.349 orang, 372 orang diantaranya meninggal, sedang jumlah DBD di DKI sebanyak 8.727 orang, 61 orang diantaranya meninggal. (Ant/O-1)

Wapres Haz: Anggaran Bidang Kesehatan Perlu Ditambah

JENGUK PASIEN: Wakil Presiden Hamzah Haz mengunjungi salah seorang pasien yang terkena demam berdarah di sebuah rumah sakit di Jakarta, Sabtu. Wabah demam berdarah telah menewaskan sedikitnya 312 orang dan ribuan lainnya dirawat di rumah sakit.
JAKARTA--MIOL: Wakil Presiden (Wapres) Hamzah Haz mengatakan, kasus demam berdarah yang kini merupakan kejadian luar biasa di Indonesia menuntut pemerintah untuk menambah alokasi anggaran bidang kesehatan pada APBN mendatang. "Idealnya untuk kesehatan sekitar 10-15 persen dari total anggaran," kata Wapres ketika mengunjungi pasien demam berdarah di RS Budi Asih, Jaktim, Sabtu.
Wapres mengatakan saat ini anggaran bidang kesehatan hanya sekitar tujuh persen. Menurut dia, anggaran kesehatan idealnya hampir sama dengan anggaran bidang pendidikan yang juga penting.
Kasus demam berdarah pada tahun ini merupakan pengalaman berharga bagi pemerintah bahwa musibah itu bukan hanya dari bencana alam saja, tetapi juga wabah penyakit. Oleh sebab itu perlu dana kesehatan yang memadai.
Anggaran tersebut tentunya bukan hanya untuk pengobatan tetapi juga untuk upaya-upaya pencegahan. "Jadi lebih baik kita sudah sediakan anggaran yang cukup untuk itu," katanya.
Wapres yang didampingi Ibu Nani Hamzah Haz juga melakukan dialog dengan beberapa orang tua pasien, serta direktur RS Budi Asih, dr Hasanudin, dan Kepala Dinas Kesehatan DKI Abdul Cholik Masulili. Wapres mengatakan bahwa ia telah mendapat informasi bahwa bulan ini belum merupakan puncak wabah demam berdarah, dan puncak itu diperkirakan baru pada bulan Juli mendatang. Namun sekarang saja jumlah kasus demam berdarah itu sudah 300 persen lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Jadi ini tentunya cukup mengkhawatirkan," kata Wapres.

Kunjungan ke RS
Wapres Hamzah Haz, Sabtu siang, melakukan kunjungan ke sejumlah rumah sakit yang merawat para pasien demam berdarah diantaranya RS Budi Asih, Jakarta Timur yang kini merawat 145 pasien penyakit tersebut. Wapres beserta Ibu Nani Hamzah Haz tiba sekitar pukul 13.00 WIB dan langsung melakukan peninjauan ke ruang perawatan anak-anak korban demam berdarah bersama Direktur RS, dr Hasanudin.
RS Budi Asih sendiri tampak penuh dengan pasien demam berdarah maupun penyakit lainnya. Menurut dr Hasanudin, hari Sabtu ini terdaftar sebanyak 500 pasien yang berobat jalan maupun rawat inap di RS itu. Di lantai 2 tempat perawatan anak-anak korban demam berdarah, seluruh ruangan penuh hingga lorong-lorong terpaksa dijadikan tempat perawatan darurat dengan penambahan tempat tidur. "Kapasitas kami sebenarnya sudah maksimal, tapi kami berusaha untuk tidak menolak pasien demam berdarah yang datang," katanya.
Dikatakannya pula bahwa hingga saat ini belum ada pasien yang ditolak dan kalaupun RS Budi Asih sudah tidak mampu menampung lagi, maka pasien akan dirujuk ke RS lainnya. Sementara itu karena banyaknya pasien yang dirawat, suasana ruang perawatan tampak pengap dan fasilitas yang tersedia hanya kipas angin saja. (Ant/O-1)


ARTIKEL

DHF / DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue termasuk didalamnya Demam Berdarah Dengue sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Dalam praktek sehati-hari, pada saat pertama kali penderita masuk rumah sakit tidaklah mudah untuk memprediksikan apakah penderita Demam Dengue tersebut akan bermanifestasi menjadi ringan atau berat. Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue yang berbeda dari sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Namun sampai saat ini mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus Dengue masih belum jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4. Penelitian terhadap epidemi Dengue di Nicaragua tahun 1998, menyimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda tergantung pada daerah geografi dan serotipe virusnya..
Untuk menegakkan diagnosa infeksi virus Dengue diperlukan dua kriteria yaitu kriteria klinik dan kriteria laboratorium (WHO, 1997). Pengembangan tehnologi laboratorium untuk mendiagnosa infeksi virus Dengue terus berlanjut hingga sensitivitas dan spesifitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat pula. Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu : uji serologi, isolasi virus, deteksi antigen dan deteksi RNA/DNA menggunakan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR). (Mariyam, 1999).
Wabah Dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang diidentifikasi dengan PCR ternyata Den-3 yang dominan. Sedangkan wabah di Salta Argentina pada tahun 1997 ditemukan bahwa serotipe Den-2 yang menyebabkan transmisinya. Sistem surveillance Dengue di Nicaragua pada bulan Juli hingga Desember 1998 mengambil sampel dari beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan (Health Center) yang terdapat pada berbagai lokasi menghasilkan temuan 87% DF, 7% DHF, 3% DSS, 3% DSAS. Den-3 paling dominan, Den-2 paling sedikit. Disimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda tergantung pada wilayah geografi dan serotipe virusnya.

Virus Dengue
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2,6 ? 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 ? 7,7 % untuk tingkat protein (Fu et al, 1992). Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.
Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 ? NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1.

Vektor
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari ssubgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegyti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti. (WHO, 2000)

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000). Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).

Kriteria Klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 1-7 hari.
Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
? Uji tourniquet positif
? Petekia, ekimosis, purpura
? Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
? Hematemesis dan atau melena
? Hematuria
Pembesaran hati (hepatomegali).
Manifestasi syok/renjatan

Kriteria Laboratoris :

Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
Hemokonsentrasi (kenaikan Ht > 20%)

Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu :
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.

Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.

Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang menyolok, yaitu
Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD, namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.
Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan dengan adanaya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi Dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD. (WHO, 2000).

Epidemiologi Molekuler
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, oleh karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) danb Dengue Shock Syndrome (DSS).
Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di dari lima wilayah WHO yaitu : 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu : KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus beragam (WHO, 2000).

Dua Dokter RS Labuang Baji Terserang Demam Berdarah Meninggal
Dari 51 pasien demam berdarah yang sedang dirawat di Rumah Sakit (RS) Labuang Baji Makassar saat ini, dua orang diantaranya adalah dokter RS tersebut yakni dr Ratna Maria (45) dan dr Darmawati (48). Dr Ratna Maria yang sehari-hari bertugas di poliklinik umum itu, kini terbaring di tempat tidur perawatan RS Labuang Baji akibat serangan virus yang disebarkan nyamuk aedes aegypti ini. Sedangkan dr Darmawati yang bertugas di laboratorium dirawat di rumahnya.
Dr Ratna Maria yang sudah tujuh hari terbaring di RS itu Kamis dijenguk Gubernur Sulsel HM Amin Syam di ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Sebelum ke ruang UGD, Gubernur yang didampingi Kadis Kesehatan Sulsel Basir Palu menyempatkan diri ke ruangan pasien anak dan orang dewasa penderita demam berdarah. Keluarga pasien rata-rata baru melarikan anggota keluarganya ke RS setelah tiga hari menderita demam berdarah tersebut.
"Anak saya dilarikan ke rumah sakit setelah seluruh badannya panas selama empat hari dan tidak pernah turun," kata Ny Sudarmawati yang mendampingi anaknya, M Imas Anugrah (10) saat berdialog dengan Gubernur Amin Syam. Murid SD Mongindisi kelas IV ini baru ketahuan terserang demam berdarah setelah tiba di RS tersebut yang kemudian langsung diberi cairan. "Sudah tiga hari anak saya dirawat di sini dan sudah ada perubahan pak Gubernur," katanya sambil menatap anaknya yang tampak tersenyum karena dibesuk orang nomor satu di provinsi ini.
Kepada pasien penderita demam berdarah di RS itu, Gubernur mengatakan perlunya masyarakat ikut menjaga dan membersihkan lingkungan yang bisa menjadi sarang nyamuk penyebar virus tersebut. Selain itu, dinas kesehatan dan aparatnya perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat menyangkut kasus demam berdarah yang akhir-akhir ini meningkat. "Sosialisasi penyakit ini sangat penting agar masyarakat lebih mengetahui dan berupaya mengantisipasi sehingga korban dapat ditekan," katanya seraya berharap agar pasien demam berdarah segera sembuh dan kembali ke rumahnya.
Di RS Labuang Baji sejak Januari hingga minggu keempat Pebruari 2004, sudah enam orang meninggal dunia dari 194 orang penderita yang dirawat di RS itu. Korban meninggal berasal dari Kabupaten Gowa tiga orang, Takalar satu orang dan Kota Makassar dua orang.
Usai meninjau RS Labuang Baji, gubernur juga melihat dari dekat kegiatan pengasapan di beberapa kelurahan yang sedang dilakukan Dinas Kesehatan Sulsel dan Kota Makassar untuk memberantas nyamuk aedes aegypti. Di Kota Makassar diperkirakan terdapat 100 lebih titik rawan penyebaran penyakit demam berdarah. (Ant/O-1)

Pemerintah Mengangkat Jumantik di Seluruh Indonesia
Pemerintah akan mengangkat juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik) honorer di setiap rukun warga (RW) di seluruh Indonesia, agar dapat membantu mencegah wabah demam berdarah dengue (DBD), kata Menko Kesra Jusuf Kalla.
"Keputusan mengangkat Jumantik dan peningkatan gerakan pemberantasan sarang nyamuk akan dilakukan dalam pertemuan para menteri dengan para gubernur di Jakarta, 5 Maret 2004," katanya di Jakarta, Sabtu sore.
Seusai memberikan penghargaan dari pemerintah kepada 59 anggota Tim Bantuan Kemanusiaan RI ke Iran (1 Januari - 25 Februari 2004) itu, Kalla mengatakan, pemantau jentik nyamuk sejak dini akan mencegah adanya kejadian luar biasa (KLB) DBD. "Pemda DKI sejak Januari 2004 telah mengangkat tenaga Jumantik yang ditempatkan di setiap RW, sehingga jika ditemukan jentik nyamuk di salah satu rumah, maka segera diberantasnya," katanya. Sementara itu, jumlah penderita DBD 1 Januari - 28 Februari 2004 di 25 provinsi mencapai 17.707 orang, 322 orang di antaranya meninggal, sedang penderita DBD di DKI sebanyak 5.431 orang, 59 diantaranya meninggal.
Menurut Menko Kesra, banyaknya penderita DBD pada 2004 karena masyarakat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Karena itu, perlu penggalakan gerakan PSN melalui tiga M, yakni menguras bak mandi dan penampungan air seminggu sekali, mengubur benda bekas yang berisi genangan air, dan menambur zat abate pada tempat penampungan air untuk membunuh jentik nyamuk. Kalla menegaskan, pemerintah telah mengalokasikan dana Rp100 miliar untuk penanggulangan KLB DBD di seluruh Indonesia, sehingga tidak dibenarkan jika rumah sakit (RS) menolak pasien DBD dari kalangan miskin.
"Seluruh RS wajib langsung menerima pasien DBD dari kalangan miskin yang total biaya perawatan dan pengobatan akan diganti pemerintah," katanya.
Mengenai banyaknya penderita DBD yang meninggal dunia, Kalla menjelaskan, mereka yang meninggal antara lain saat memeriksakan ke RS keadaan pasein sudah pada stadium akhir yakni parah dan syok akibat pendarahan. (Ant/O-1)

Korban Demam Berdarah Terus Bertambah
Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di Jakarta, dalam dua hari terakhir, jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, jumlah penderita sepanjang Januari sebanyak 1.579 orang, sedangkan Februari 1.133 orang. Sehingga, secara keseluruhan, pasien DBD tahun ini hingga kemarin mencapai 2.712 orang. Dua hari sebelumnya, jumlah penderita 2.059 orang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Chalik Masulili, tercatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar biasa (KLB). Tidak tertutup kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah. Di Jakarta Pusat, daerah KLB mencakup Kecamatan Kemayoran dan Tanah Abang. KLB di Jakarta Utara terjadi di Kecamatan Koja dan Tanjung Priok. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati.
Kota Bekasi, Jawa Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut sama dengan jumlah korban meninggal sepanjang 2003. Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat peningkatan tajam kasus DBD tahun ini. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada periode Januari hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus DBD.
Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29 kabupaten/kota di provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten tersebut, antara lain, Rembang, Kudus, Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.
''Terjadi peningkatan kasus DBD, terutama di wilayah pantura,'' ujar dr Budihardja MPH, wakil kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Provinsi Jateng, dr Lily Herawati, menyatakan telah mempersiapkan 187 orang pemantau jentik di beberapa kabupaten/kota. Anggaran untuk pemantauan sebesar Rp 1 miliar.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyayangkan lambannya penanganan DBD di rumah-rumah sakit swasta. Ketidaklancaran, katanya, terutama terjadi pada pasien miskin.
Menurut Fauzi, rumah sakit swasta sebenarnya tidak perlu khawatir melayani warga tidak mampu. ''Rumah sakit tinggal klaim ke Dinas Kesehatan,'' ujarnya kemarin. Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan surat edaran kepada masyarakat agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta program 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Surat edaran juga ditujukan kepada sejumlah perkantoran, sekolah, pasar, dan tempat publik lain. Penyakit DBD menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Demam Berdarah Kian Mengganas di Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan, ibu kota memasuki waspada kejadian luar biasa (KLB). Penyakit demam berdarah di Jakarta kian mengganas. Dalam tempo lebih dari satu bulan, jumlah penderita demam berdarah sebanyak 2.046 orang dan 13 di antaranya meninggal dunia. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan, ibu kota memasuki waspada kejadian luar biasa (KLB).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Chalik Masulili, pihaknya mencatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di Jakarta dinyatakan sebagai daerah KLB. Pihaknya tak menutup diri jika penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini bakal menyerang daerah lainnya. ''Daerah lainnya masih mengintip untuk dinyatakan KLB,'' ujar Chalik Masulili kepada wartawan, Sabtu (14/2). Masulili merinci, wilayah kecamatan yang dinyakan sebagai daerah KLB masing-masing di wilayah Jakarta Pusat, yakni Kecamatan Kemayoran dan Tanah Abang.
KLB di Jakarta Utara terjadi di Kecamatan Koja dan Tanjung Priok. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk dan Palmerah. Wilayah Jakarta Selatan masing-masing Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati. Total kelurahan yang terjangkit KLB sebnayak 174 kelurahan.
Dijelaskan, penyakit yang disebabkan gigitan penyakit ini perlu penanganan yang serius mengingat bisa membahayakan keselamatan nyawa manusia. Tahun lalu, katanya, jumlah penderita demam berdarah mencapai lebih dari 14.000 orang dengan jumlah korban meninggal 59 orang. Penyakit ini muncul hampir setiap tahun terutama mulai bulan Oktober hingga Februari. Mengatasi masalah itu pihaknya sudah melakukan antisipasi sebelum penyakit ini merebak.
Salah satu cara memerangi demam berdarag dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) dan program menguras, menutup dan mengubur atau (program 3M). Upaya lainnya dengan melakukan pengasapan (fogging) di beberapa daerah yang dikategorikan rawan demam berdarah. Tak hanya itu, pihaknya telah menyiapkan alat fogging hingga di puskesmas tingkat kelurahan. Pada mulanya, alat fogging itu ditempatkan di puskesmas kecamatan. Menurut dia, penanganan masalah demam berdarah tidak lepas dari partisipasi masyarakat.
Hanya saja diakuinya, aspek kepedulian masyarakat menangani masalah ini relatif kurang. Buktinya, meski sudah disosialisasikan program PSN dan 3M, masyarakat masih banyak yang belum mau melakukan. ''Masyarakat seolah budek, kita sudah ngomong berbusa tetap saja partisipasi mash rendah,'' ujarnya sambil mengatakan, minimnya partisipasi masyarakat itu justru berasal dari golongan masyarakat menengah ke atas.
''Rumah-rmah mereka itu sulit dimasuki petugas''. Atas sikap masyarakat yang tak peduli itu, Dinas Kesehatan DKI membuat terobosan dengan melibatkan juru pemantau jentik (jumantik). Petugas yang dijadikan sebagai jumantik itu direkrut dari masyarakat sekitar daerah yang rawan demam berdarah dengan gaji di atas upah minimum regional (UMR). '' Sebelum diterjunkan ke lapangan, para jumantik ini akan dilatih terlebih dahulu,'' ujarnya.
Jumlah petugas yang direkrut sebagai jumantik tergantung kebutuhan di daerah masing-masing. Puskesmas Kemayoran, misalnya, jumlah petugas jumantiknya mencapai 27 orang. Beda dengan jumantik di Puskesmas Kebon Jeruk yang jumlahnya hanya 22 orang saja. ''Jumlah jumantik itu tergantung banyaknya rukun warga (RW) serta kondisi penyebaran penyakit ini,'' katanya. Didampingi Wakadis Kesehaan Jakarta, Wanda Ningsig, dia menyatakan, program jumantik ini akan digelar secara bersamaan, Senin (16/2) hingga 16 Maret.
Program pembentukan jumantik itu dilakukan seiring dengan digelarnya bulan bakti kesehatan. Dia mengingatkan, daerah rawan demam berdarah tidak hanya terjadi di pemukiman padat, melainkan juga pemukiman orang-orang kaya. Rumah yang jarang dihuni pun dinyatakan rawan DBD, perkantoran, mushala, termasuk juga areal sekitar sekolah. ''Sebenarnya dari hasil evaluasi itu daerah yang terkena DBD dari waktu ke waktu ya itu-itu juga,''ujarnya.

433 Orang Terserang Demam Berdarah
Wabah demam berdarah dengue (DBD) beberapa minggu ini terus menelan banyak korban di beberapa wilayah Jakarta. Di Wilayah Jakarta Timur, DBD bahkan telah menyerang 433 penderita dan 2 orang meninggal. ''Dari 433 penderita, 20 persen usia sekolah,'' tandas Cahyono, Seksi Penyakit Menular Sudin Kesmas, Jakarta Timur. Selain di sejumlah sekolah, DBD juga mewabah di beberapa kelurahan.
Beberapa kelurahan yang rawan DBD adalah Kelurahan Kramatjati, Cililitan, Cawang dan Kampung Tengah. Dari keempat lokasi itu terdapat 50 rukun warga (RW) yang rawan DBD. Penderita DBD yang cukup besar menimpa Kelurahan Ciracas dan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur. Korban DBD juga banyak dilarikan di Rumah Sakit Budi Asih, Cawang. Menurut Cahyono, sebagian besar penderita DBD warga RW3, Cawang.
Kawasan itu rawan DBD karena ditemukan banyak genangan di tempat tersebut, dan sering dilanda banjir. Bahkan Cawang telah dinyatakan sebagai wilayah endemis DBD. Wilayah endemis DBD merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke wilayah lain. Kejadian luar biasa (KLB) dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Salah satu upaya membatasi penyebaran dan mencegah penyebarluasan adalah dengan pembrantasan sarang Nyamuk (PSN) serta pemantauan jentik berkala (PJB).
Peningkatan jumlah kasus DBD dari 18 penderita di awal Januari hingga 433 orang pada minggu kedua Februari. Laporan tersebut berasal dari 14 laboratorium rumah sakit di Jakarta Timur. ''Peningkatan penderita DB terjadi karena faktor pasca musim hujan dan perubahan musim,'' tandas Cahyono. Bahkan 20 persen dari total penderita DBD adalah anak usia sekolah dasar (5-14 tahun).
Karena itu antisipasi DBD selanjutnya tidak hanya berorientasi pada pemukiman tapi juga lingkungan sekolah. Menurut Cahyono, sosialisasi kebersihan telah dilakukan di beberapa sekolah, bahkan penyemprotan juga telah dilakukan di beberapa sekolah yang teridentifikasi positif DBD. ''Sekolah-sekolah yang ada kasus DBD segera disemprot,'' tandas Cahyono. Menurutnya, Sudin Kesmas berencana melakukan penyemprotan pada beberapa lokasi yang rawan DBD.
''Kami menggerakan kader dan personel puskesmas,'' ungkap dr Netry, kepala seksi Penyehatan Lingkungan, Jakarta Timur. Netri mengungkapkan bahwa Sudin Kesmas Jaktim sedang gencar menanggulangi DBD. Dinas Kesehatan DKI pun menggelar beberapa program untuk menanggulangi DBD, tanggal 9 Februari sampai 14 Maret 2004 dicanangkan sebagai bulan bakti PSN. Karena itu, Sudin Kesmas Jakarta Timur telah melakukan antisipasi, yaitu dengan melaksanakan early warning system atau sistem peringatan dini.
Sistem ini merupakan pencegahan mewabahnya demam berdarah. ''Kami akan berupaya untuk mengantisipasi DBD, salah satunya dengan gerakan PSN,'' ungkap Netri. Salah satu upaya membatasi penyebaran dan mencegah penyebarluasan adalah dengan PSN serta PJB. Dia menambahkan, nyamuk aides aegepty dapat diberantas dengan penyemprotan, tapi ini tidak cukup karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.
Karena itu, diperlukan penanggulangan atau pengendali vektor penular nyamuk aides aegepty dan virus dengue. Penanggulangan DBD berupa kegiatan pengelolaan lingkungan, secara masal maupun individu atau keluarga berupa menguras, menutup dan mengubur. Dapat pula dilakukan pengendalian secara kimia (larvasi selektif/abatisasi), serta biologis (predator ikan kepala timah). Selain itu, bisa ditempuh modifikasi lingkungan (ovitrap), langkah-langkah tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

Empat Warga Jakut Meninggal Karena Demam Berdarah
Empat orang warga Jakarta Utara dilaporkan meninggal dunia akibat menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tiga orang berasal dari kecamatan Koja dan seorang lagi dari kecamatan Tanjung Priok. Selain itu, jumlah penderita DBD di Jakarta Utara juga meningkat tajam, dari sebelumnya hanya delapan orang pasien (per 12 Januari) menjadi 201 pasien pada 12 Februari ini.
Menyikapi hal tersebut, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat (Sudin Kesmas) langsung menggelar pertemuan yang melibatkan pihak-pihak terkait. "Kita sedang membicarakan langkah-langkah yang harus diambil," kata Kepala Seksi Penyakit Menular Sudin Kesmas, Dr Ketut Sudarsana.
Kasus terbanyak terjadi di kecamatan Tanjung Priok, dengan jumlah penderita 75 orang, disusul kecamatan Koja sebanyak 56 pasien. Menurut Ketut, Sudin Kesmas masih melakukan proses validitas data di seluruh rumah sakit dan puskesmas.
Wali kota Jakarta Utara, Effendi Anas, mengakui kejadian ini merupakan kasus besar. Menurutnya, melonjaknya kasus ini disebabkan banyak genangan air di kawasan perumahan yang tidak diatasi dengan baik oleh warga. "Tidak hanya di daerah kumuh. Perumahan elit juga berpotensi terjangkit demam berdarah," katanya.
Bila dibandingkan data dua tahun sebelumnya, kasus DBD tahun ini tergolong tinggi. Pada tahun 2003 dan 2002, tidak ada penderita DBD yang meninggal dunia sepanjang bulan Januari. Jumlah pasien juga sedikit, masing-masing 12 pasien dan 8 pasien pada Januari 2003 dan 2002.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pemkot Jakarta Utara telah mencanangkan Bulan Bakti Gerakan Menguras, Menutup dan Mengubur (BBG3M) di seluruh kelurahan. Namun gerakan ini hanya dilaksanakan pada bulan Januari sebagai pancingan bagi warga (Republika, 23/1).
Ketika ditanya kemungkinan pencanangan kembali gerakan tersebut, Ketut tidak menjawab pasti. Dia mengharapkan warga di tingkat kelurahan tetap menghidupkan gerakan 3M ini dalam rangka menekan angka penderita dan korban DBD. "Bulan bakti itu adalah rangsangan bagi warga untuk peduli pada lingkungannya. Tapi kalau dibutuhkan, mungkin akan dilaksanakan kembali," lanjut Ketut. Meskipun demikian, Effendi memastikan pihaknya akan terus melakukan langkah-langkah pencegahan dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat di tingkat kelurahan dan RT/RW. Sosialisasi ini, lanjutnya, disesuaikan dengan tingkat kerawanan daerah terhadap DBD.
Sudin Kesmas mendata 17 kelurahan dari 31 kelurahan yang rentan terhadap menyebaran nyamuk aedes aigepty. Selain mencanangkan kerja bakti mingguan di setiap kelurahan, pihaknya akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebaran penyakit DBB, khususnya di ke-17 kelurahan tersebut.
Sebelumnya dilaporkan, tiga orang warga di Jakarta Pusat meninggal terserang demam berdarah dalam periode periode 1 Januari hingga 4 Februari 2004. Sementara itu, jumlah penderitanya sendiri sudah menembus angka 111 orang di seluruh wilayah Jakarta Pusat.
Padahal, sepanjang tahun 2003 saja hanya terdapat 4 orang pasien meninggal dunia akibat demam berdarah. Namun sekarang, baru 1,5 bulan tahun 2004 berjalan, pasien meninggal akibat penyakit ini sudah ada 3 orang.
Menurut Rum Istriati, Kasudin Kesmas Jakarta Pusat, ketika dihubungi, dua orang korban meninggal merupakan warga Bungur, Kecamatan Kemayoran, dan satu orang lagi merupakan warga Petamburan. Korban meninggal diduga akibat telat diagnosa dan telat penanganan hingga akhirnya mereka meninggal dunia.
Diposting oleh 3J Team Community

0 komentar:

Visit the Site
SUGENG RAWUH DATENG BLOG KEDOKTERAN MUGI-MUGI SAMPEAN SENENG KALEH BLOG KULO blogger template by blog forum